Peran Bunda Terhadap Kesehatan Jantung Anak Sangat Besar. Kenapa?

Tempat Penitipan Balita Aman, Nyaman, dan edukatif
Kesehatan Jantung Buah Hati
Penyakit jantung memang tak membedakan kelas sosial. Mereka yang hidup berkecukupan maupun sebaliknya, sama-sama berisiko terkena penyakit mematikan ini. Ternyata peran Bunda terhadap kesehatan jantung anak sangat besar. Kenapa? 

Yang perlu diketahui, peran Bunda, baik yang hidupnya berkecukupan maupun bunda dari keluarga yang kekurangan, sama-sama menentukannya dalam membangun jantung sehat anak-anaknya. Dimulai sejak anak masih dalam kandungan bunda. Jantung anak bisa cacat apabila kehamilan dirundung infeksi. Jantung anak yang dikandung oleh bunda yang terinfeksi toxoplasma, campak Jerman, virus cytomegalo, dan herpes simplex, berisiko cacat sejak di kandungan. Bunda yang arif tidak mau hamil dulu sebelum tahu bahwa ia memang tidak mengidap keempat infeksi itu. Karena itu, pemeriksaan darah pra-nikah atau sebelum hamil dianggap sangat penting untuk memastikan ada tidaknya infeksi itu. 

Obat dan jamu tertentu yang diminum selagi hamil juga dapat membuat jantung anak tak terbentuk sempurna. Bunda yang arif seharusnya peduli akan itu. Lahir dengan jantung mulus pun belum tentu anak sudah aman, sebab ia masih di hadang oleh macam-macam infeksi di awal kehidupannya. Misalnya, komplikasi yang timbul apabila penyakit difteria terlambat diobati, atau bunda lalai tidak memberi anak vaksinasi difteria, akan ke jantung juga larinya. Sering terkena infeksi tenggorokan dan tak tuntas diobati juga dapat berkomplikasi pada katup jantung. Kerusakan katup jantung begini kelak berpotensi mencetuskan stroke atau payah jantung, dan mungkin menimpa koroner jantung juga. Bunda yang bijak tidak akan membiarkan anaknya kurang darah dan cacingan. Anemia yang menjadi berat dan penyakit cacing tambang yang menahun, bisa menambah beban jantung juga. Jantung bekerja lebih keras, lama-lama membengkak, akhirnya bisa kepayahan juga. 

GEMUK ITU PENYAKIT 
Anak yang sehat-sehat saja saat memasuki usia sekolah, juga belum jadi jaminan kelak jantungnya tidak terancam sakit. Harus kita akui, kurikulum pendidikan jasmani kita masih kurang. Berbeda dengan di negara maju, tiada hari tanpa olahraga bukan sekadar motto tapi benar-benar dilaksanakan. Anak-anak kita sangat kurang jam berolahraganya. Padahal berolahraga betul menyehatkan jantung. Dengan berolahraga, otot jantung bertambah tebal dan kuat. Bila jantung kuat, kelak sekiranya beban jantung meningkat, jantung tidak sampai jatuh kepayahan. Di semua negara maju, menyehatkan jantung sudah dimulai semenjak usia sekolah. Bunda yang arif akan berupaya menciptakan suasana berolahraga swakarsa buat anak-anaknya setiap hari. Berjalan dan mengajak anak berlari-lari merupakan cara bergerak badan paling murah dan sederhana, namun bermanfaat untuk menyehatkan jantung. 

Anak-anak kita juga masih memikul beban kultur yang keliru dari bunda. Tak sedikit orangtua kita yang beranggapan bahwa gemuk adalah sehat, sehingga ingin semua anaknya gemuk. Padahal, sekarang susah mencari anak gemuk di negara maju, karena justruyang tidak gemuk itu yang dianggap sehat, sementara gemuk itu penyakit. Pada tubuh yang gemuk, jumlah dan ukuran sel lemak anak yang sudah gemuk sejak kecil lebih dari anak normal. Kelebihan sel lemak tidak mungkin disusutkan lagi setelah anak dewasa. Keadaan ini yang ikut menambah besar risiko seseorang terkena penyakit jantung. Jadi betul, peran bunda menentukan bagaimana nasib sel lemak anak-anaknya. Sel lemak anak dibentuk oleh isi meja makan bunda. Dominasi menu lemak, kelebihan porsi nasi, penganan serba bersusu-bermentega, menjadikan anak gemuk sebelum usia remaja. Bunda yang bijak tidak akan royal memberi makan berlebih, serba gurih, manis, dan berlemak tinggi. Karena itulah, nasib jantung anak ditentukan oleh kesibukan dapur bunda juga. Bunda yang bijak akan memberi anak-anaknya cukup susu, daging, dan mentega, namun tak serba berlebihan. Di tangan Bunda, anak dibangun kebiasaan makannya, hobi jajan apa, dan apa pilihan cemilan, apakah ia ketagihan menu junkfood, atau doyan jenis makanan olahan. Lidah anak dibentuk oleh bagaimana cara bunda memberi dan menyajikan makanan rumah. Kalau meja makan anak di rumah selalu penuh dengan menu restoran, sampai dewasa di lidah anak akan seperti itu terbentuk menu favoritnya. Menu seperti itu yang merusak lidah anak menerima makanan tradisional, dan mengantarkan anak memasuki risiko kena penyakit jantung kelak, atau mungkin membuatnya terancam mati prematur. 

RADIKAL BEBAS
Setelah dewasa, pola hidup rata-rata orang Indonesia umumnya tidak berubah. Kesibukan berkarier membuat mereka lupa, atau tak tersedia waktu buat berolahraga. Yang tidak berkecukupan waktunya habis untuk kerja otot, yang berkecukupan habis untuk kerja otak. Dua-duanya kekurangan waktu berolahraga dan bergerak badan. Padahal menu harian orang kecukupan cenderung banyak dan enak-enak. Maka setelah hidup mapan mereka cenderung kelebihan berat badan. Ukuran lingkar pinggang pun jadi lebih dari lingkar panggul. Sedangkan menu mereka yang hidupnya tak berkecukupan lebih banyak ikan asin, yang rentan bikin darah tinggi (akibat konsumsi garam dapur harian kita lebih lima kalikebutuhan tubuh); saus dan sambal tomat murah dengan zat warna, pengawet, bumbu penyedap, hidup berada di tengah serba polusi, menambah berat memikul beban radikal bebas. Radikal bebas bisa menjadi racun yang merusak badan. Salah satu faktor yang ikut membentuk lemak dinding pembuluh darah diperankan oleh radikal bebas ini. Itu berarti orang yang kurang berkecukupan bisa sama-sama berisiko mengalami kerusakan pembuluh darah dan jantung.

Demikian bagaimana peran bunda terhadap kesehatan jantung si buah hati. Setelah membaca artikel ini, mudah-mudahan menambah pengetahuan bunda ya dalam pengetahuan kesehatan jantung;) dan "Insyaallah" menjadi orantua yang bijak terhadap kebutuhan si buah hati :) 

Popular Posts