Makanan Pendamping ASI (MPASI) menurut WHO

Tempat Penitipan Balita di Pekanbaru
MPASI
Pemberian makan pada anak sebaiknya disesuaikan dengan tahapan perkembangan tubuhnya. Sebagai manusia kecil yang sedang sibuk tumbuh berkembang, kebutuhan zat gizi tubuh anak sangat banyak. Jangan sampai si buah hati kekurangan asupan zat gizi karena efeknya sangat fatal sekali, bahkan hingga kelak di usia dewasanya. ASI saja sudah tidak cukup buat anak di atas 6 bulan yaa… 

Dalam pemberian MPASI menurut MPASI WHO ini mudah sekali, bayi boleh makan apa saja dari menu meja makan keluarga dan harus diperhatikan: frequency (frekuensi MPASI), amount (jumlah takaran MPASI), thickness (tekstur makanan MPASI), variety (jenis), active/responsive feeding dan higiene. 

1. Frekuensi pemberian makan MPASI 
Pada awal MPASI WHO setelah bayi genap berumur 6 bulan (5 bulan 30 hari), frekuensi MPASI makanan utama/makan besar diberikan bertahap 2 – 3 kali sehari. 

a. Pada umur 6 – 8 bulan 29 hari, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar) diberikan 3 kali. Berikan snack seperti biskuit atau buah matang 1 – 2 kali sehari. 

b. Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar) diberikan 3 – 4 kali sehari. Berikan snack 1 – 2 kali sehari. 

c. Pada umur 12 – 24 bulan, frekuensi MPASI makanan utama (makan besar) diberikan 3 – 4 kali sehari dan juga 1 – 2 kali snack tambahan. 

Waktu makan sebaiknya disesuaikan dengan waktu makan keluarga supaya bayi lebih semangat belajar makan. Tapi jangan terlalu dekat dengan waktu jam tidur bayi.

2. Jumlah takaran makanan yang diberikan 
Frekuensi MPASI makan dan jumlah takaran makanan MPASI yang diberikan dalam panduan MPASI WHO menyesuaikan dengan kapasitas lambung bayi dan rata-rata kandungan kalori. Kandungan kalori pada bubur MPASI diperkirakan sekitar 0,8 kcal/gram. Kapasitas ukuran lambung bayi masih kecil. 
Bayi yang baru lahir ukuran lambungnya hanya sebesar kelereng, umur 3 hari bertambah sebesar bola bekel dan umur 1 minggu bertambah menjadi sebesar bola pingpong. Nah, ukuran ini berangsur-angsur akan membesar seukuran bola tenis pada bayi umur 6 – 12 bulan (ada sumber yang menuliskan besarnya lambung bayi seukuran kepalan tanggannya).
Menurut penelitian, kapasitas lambung bayi itu sekitar 30 gram makanan/kg BB-nya. Pada awal MPASI di umur 6 bulan jumlah takaran makanan MPASI yang diberikan sekitar 2 – 3 sendok makan per kali pemberian. Pada umur 6 – 8 bulan 29 hari, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap dari 2 – 3 sendok makan menjadi ½ cangkir/mangkok (125 mL) per kali pemberian. 
- Pada umur 6 bulan 2 minggu diharapkan sudah lancar makan sehingga bisa diberikan takaran setengah mangkok (125 mL) saat makan, ukuran cangkir/mangkok yg digunakan 250 mL. 
- Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap menjadi ½ cangkir/mangkok (125 mL), ukuran cangkir/mangkok 250 mL. 
- Pada umur 12 – 24 bulan, jumlah takaran makanan MPASI dinaikkan bertahap menjadi ¾ – 1 cangkir/mangkok (175 – 250 mL), ukuran cangkir/mangkok 250 mL. 

3. Tekstur makanan MPASI 
Menurut petunjuk MPASI WHO sebagai berikut:
a.  Pada umur 6 bulan tekstur makanan MPASI yang diberikan adalah makanan lumat/halus (bubur saring, pure atau makanan yang ditumbuk/dihaluskan). Pastikan tekstur makanan MPASI tidak terlalu cair atau encer, jadi gunakan sedikit saja air. Jadi tekstur bubur cair, tapi jika sendok dimiringkan bubur tidak tumpah. 
b. Pada umur 8 bulan bayi sudah bisa dikenalkan dengan makanan finger food
c. Pada umur 9 – 11 bulan 29 hari tekstur makanan MPASI dinaikkan menjadi makanan lembek (nasi tim, bubur tanpa disaring, makanan dicincang halus atau irisan makanan-lunak). 
d. Pada umur 12 bulan tekstur makanan MPASI bayi sudah bisa memakan makanan meja keluarga: makanan yang dicincang kasar, diiris atau dipegang tangan. Tekstur makanan MPASI ini disesuaikan dengan perkembangan sistema persarafan dan oro-motorik bayi. 
Di atas sudah disampaikan tentang kekosongan suplai energi dan zat gizi juga ukuran lambung yang kecil. Sehingga kita hanya bisa memberikan makanan dalam jumlah sedikit namun frekuensi sering, juga sebaiknya yang mudah dicerna. 
Pemilihan tekstur makanan MPASI ini disesuaikan juga dengan proses pencernaan makanan. Proses pencernaan makanan ada dua tahap, yaitu (1) pencernaan mekanik oleh kegiatan oro-motorik gigi-geligi dan (2) pencernaan kimiawi oleh reaksi enzimatik enzim pemecah makanan. Reaksi enzimatik akan sempurna jika luas permukaan sentuh antar-partikel makin efisien, sehingga ukuran partikel bahan makanan yang tertelan sebaiknya sudah kecil. 

Kemampuan Fisik Bayi Untuk Makan: 
(1)  Bayi umur 5 bulan baru belajar menggerakkan sendi rahangnya dan makin kuat refleks hisapnya.
(2) Bayi umur 7 bulan bisa membersihkan sendok menggunakan bibirnya. Bayi saat ini bisa menggerakkan sendi rahang naik-turun juga gigi masih sedikit pun biasanya baru punya gigi seri yang bertugas memotong bukan menggilas makanan, sehingga proses mengunyah dan hasil partikel kunyahan masih kasar. 
(3)  Mulai umur 8 bulan bayi telah mampu menggerakkan lidah ke samping dan mendorong makanan ke gigi-geliginya, makin stabil menjaga keseimbangan dan memegang sehingga dia sudah bisa menerima makanan finger food
(4)  Umur 10 bulan merupakan waktu kritis bayi diharapkan sudah bisa memakan tekstur makanan MPASIsemi-padat (“lumpy” solid food) sehingga mulai kenalkan makanan lembek tanpa saring di umur 9 bulan. Jika terlambat menaikkan tekstur makanan maka anak akan semakin sulit memakan makanan yang lebih padat. 
(5)  Umur 12 bulan sendi rahang bayi telah stabil dan mampu melakukan gerakan rotasi sehingga sudah bisa lebih canggih dalam mengunyah tekstur makanan MPASI kasar. Pada saat ini bayi telah siap memakan makanan meja sesuai yang dimakan oleh keluarga. Jika bayi dipaksa makan makanan padat dini sendiri contohnya seperti dalam baby led weaning harus diperhatikan juga risiko tersedak yang masih sangat besar. 
“Baby-led weaning (BLW) means forgetting purées and weaning spoons and simply letting your baby feed himself.” Baca selengkapnya disini, klik

Jika Ayah Bunda ingin bayi mendapatkan manfaat zat gizi secara optimal dari makanan yang dia makan maka sebaiknya Bunda pilih menu dengan tekstur makanan MPASI sesuai tahap perkembangan bayi ya. 

4. Varietas Bahan Makanan 
Menurut petunjuk MPASI WHO, pada umur 6 bulan sistem pencernaan bayi termasuk pancreas telah berkembang dengan baik sehingga bayi telah mampu mengolah, mencerna serta menyerap berbagai jenis/varietas bahan makanan seperti protein, lemak dan karbohidrat. Pencernaan serta organ tubuh bayi sudah siap mengolah bahan makanan lain selain ASI dan susu formula. Jadi, bayi sudah boleh makan berbagai jenis bahan makanan, bukan hanya buah aja. 
Pada umur 6 bulan, ginjal bayi telah berkembang dengan baik sehingga mampu mengeluarkan produk sisa metabolisme termasuk dari bahan pangan tinggi protein seperti daging. Jadi, bukan menjadi alasan menunda pemberian daging merah, ikan dan telur. Supaya bayi tumbuh berkembang dengan baik sebaiknya kawal dengan pemberian menu protein hewani plus nabati. Jadi tidak ada alasan gak boleh kasih makanan ini itu (padahal orangtua mampu menyediakan) hanya karena takut anak tidak bisa mencernanya dan ginjal tidak kuat. Baca, baca dan baca lagi yuuukk.. :D 
Pada masa awal MPASI, varietas bahan makanan yang berikan 1 jenis makanan terlebih dahulu, kemudian tambahkan 1 jenis makanan lain setiap minggu (kalau AAP setelah beberapa hari percobaan, penelitian lain menyarankan tiap 2 – 4 hari tambah setiap bahan baru). Dalam pengenalan bahan baru disarankan memulai dengan dosis sekitar 1 – 2 sendok teh. Lebih disarankan lagi diberikan sebagai “rasa tunggal”, namun ada beberapa bayi yang menyukai saat dicampur. Prioritaskan memilih sumber karbohidrat (bubur serealia seperti bubur beras, bubur jagung, kentang tumbuk, pisang kerok, sukun) dan segerakan memberikan bahan pangan sumber zat besi hewani
Hindari makanan dan minuman manis seperti teh, soda, atau biskuit manis. Jangan memberikan makanan yang keras dan berpotensi untuk tersedak. Hindari pemberian makanan asin seperti ikan asin. 
Disarankan memasak bubur dari nasi atau beras. Namun, beberapa suku memiliki kebiasaan menyimpan bahan makanan pokok dalam bentuk tepung supaya awet seperti masyarakat Papua dengan sagu atau warga Wonosari dengan tepung singkongnya. Ayah Bunda bisa memasak bubur bayi dari bahan pokok yang tersedia di rumah, sesuaikan saja dengan menu meja keluarga. 
Bolehkah MPASI sayur dan buah saja? Makan ala diet vegetarian yaitu hanya memberikan bayi makanan buah sayur serta bahan pangan nabati lain. Sudah dibuktikan dari serangkaian penelitian para ahli, tidak bisa memenuhi kekosongan zat gizi yang diperlukan bayi, KECUALI ibu juga memberikan bayi suplementasi dan produk makanan yang telah difortifikasi di bawah pengawasan dokter anak. Jika pilihan MPASI ibu hanya buah dan sayuran yang boleh dimakan bayi, tentu bayi akan rentan mengalami kekurangan energi, kecuali jumlah makanan yang diberikan sangat banyak dengan risiko bayi sembelit karena makan melebihi kapasitas pencernaannya (ingat bahwa bayi membutuhkan lebih banyak makanan jika kandungan kalorinya makin sedikit). 
Susu sapi dan hewan lain belum boleh menjadi minuman utama bagi bayi di bawah 12 bulan karena terkait dengan risiko perdarahan di saluran cerna serta menghambat penyerapan zat besi. Namun, ibu bisa menggunakan susu dan produk susu seperti keju, yoghurt, dan lainnya sebagai campuran dalam MPASI jika bayi tidak sensitif dan alergi. 
Madu baru diberikan pada anak di atas umur 12 bulan terkait risiko botulisme akibat adanya Clostridium botulinum yang mencemari madu. 

Terkait ketakutan akan adanya alergi sebenarnya tidak ada pantangan makanan bagi bayi. Kejadian alergi makanan terjadi pada sekitar 2 – 8% anak berumur kurang dari 3 tahun, tandanya biasanya langsung muncul dalam beberapa jam setelah anak makan. Gejala yang mungkin timbul antara lain gejala saluran pencernaan (diare, muntah, sakit perut), gejala saluran pernafasan (batuk, mengi, infeksi telinga), gejala di kulit (bercak merah atau gatal) dan gejala sistemik (syok anafilaksis hingga BB anak susah naik bahkan gagal tumbuh). Alergi juga bisa muncul lambat setelah 72 jam terpapar alergen, jadi setelah 3 hari baru muncul gejala alergi

Jangan lupa berikan minum air putih. Berikan air putih yang bersih dan sudah dimasak sebanyak kurang lebih 4 – 8 oz (120 – 240 mL) per hari, sebenarnya pemberian air putih bagi bayi yang sudah MPASI ini tidak dibatasi jadi menyesuaikan kebutuhan bayi. Tawarkan bayi minum air putih setiap selesai makan. Patokannya: lihat urin dan feses bayi. Jangan sampai bayi kekurangan cairan. Bayi yang tinggal di daerah panas akan membutuhkan lebih banyak minum sebagai pendamping MPASI. Pemberian air putih bagi bayi yang sudah makan MPASI berguna sebagai suplai cairan juga untuk mencegah sembelit. 

Jika bayi susah makan karena rasa MPASI rumahan yang hambar semua dikembalikan ke ibu apakah mau menambahkan SEDIKIT gula-garam sebagai perasa alami atau mencari solusi yang lain (ingat cukup SEDIKIT ya, jangan terlalu manis apalagi terlalu asin). Sebenarnya ibu bisa memakai keju, margarin, mentega, aneka ragam racikan bumbu atau ASIP supaya bubur terasa lebih lezat bagi bayi.
Bumbu yang bisa Bunda gunakan sebagai perasa bubur yang disukai anak Indonesia, yaitu: 
1. Daun sereh atau batang sereh. 
2. Bawang merah (cukup belah 2). 
3. Bawang putih (cukup belah 2). 
4. Daun jeruk. 
5. Lengkuas. 
6. Daun bawang. 
7. Daun pandan. 
8. Kadang bisa juga daun salam dan seledri. 
Jangan sedih kalau bayi Ayah Bunda tidak mau makan bubur yang ditambah ASIP, normal jika ada bayi yang gak suka saat ASIP dicampur ke bubur, daripada bersedih mending segera mencari variasi menu baru. 

5. Pemberian makan dengan cara aktif/responsif 
MPASI bukan hanya sekedar makanan namun juga cara makan, kapan waktu makan, tempat makan, dan faktor pemberi makanan sehingga dalam MPASI WHO ini juga diperhatikan faktor psikososial anak. 
Suapi bayi dan perhatikan anak yang lebih besar serta beri bantuan bila dia membutuhkan. Beri anak makanan dengan sabar dan penuh perhatian, dorong anak untuk mau makan namun jangan paksa anak untuk makan
• Jika anak menolak makan, coba ganti kombinasi makanan, rasa, tekstur dan metode makan. 
• Minimalisasi gangguan saat anak makan jika anak tipe yang mudah teralihkan perhatiannya. 
Waktu makan adalah saatnya anak untuk belajar dan waktu keluarga mencurah cinta dan saling berkomunikasi sehingga ajak anak untuk mengobrol dengan kontak mata yang penuh kehangatan. 
• Jika anak menolak sendok coba berikan makan dengan menggunakan tangan. Pastikan tangan ibu bersih yaa. 
Metode pemberian makan aktif responsif (jadi Bunda menyuapi anak tapi anak juga dilibatkan secara aktif untuk makan) telah terbukti dari berbagai penelitian yang dilakukan bisa membuat anak makan lebih banyak. 
Cara pemberian makan aktif responsif yaitu Berikan anak makanan dalam piring tersendiri sehingga ibu bisa mengukur banyaknya makanan yang dimakan anak. Beri makan dengan alat makan sesuai perkembangan umur anak serta budaya setempat, ada beberapa kebudayaan yang memberikan sendok yang lebih kecil bagi bayi. Bayi yang lebih besar akan tertarik untuk makan sendiri, berikan dia sendok untuk berpartisipasi menyuapkan makanan ke dalam mulutnya sambil dibantu oleh Ayah Bunda. Pemberian ASI pada saat MPASI masih seperti pada saat masa ASI eksklusif yaitu sesering dan selama yang anak inginkan. Pada umur 6 – 12 bulan WHO menyarankan untuk menyusui terlebih dahulu sebelum memberikan makanan lain. Beberapa ahli menyarankan menyusui setelah anak makan. Namun teknis pelaksanaannya dikembalikan kepada kenyamanan Bunda dan anak. Jangan takut anak menyusu akan membuat anak malas makan. Menyusu semau bayi pada masa-masa ini akan tetap membuatnya masih lapar karena ASI sangat berbeda dari susu formula dan sudah tidak bisa memenuhi kebutuhan nafsu makan juga energi bagi bayi.
Keuntungan masih menyusui semau bayi pada masa MPASI antara lain:
Bayi akan terlindungi dari reaksi peradangan dan infeksi karena ada sel-sel darah putih, antibodi, antiradang dan aktivator sel darah putih di dalam ASI.
• Epidermal growth faktor di dalam ASI akan membantu perkembangan sel-sel usus juga papilla lidah/taste bud bayi. Papilla lidah yang sehat akan membuat anak mudah merasakan rasa makanan sehingga nafsu makannya menjadi baik. Pencernaan yang berkembang sempurna membantu bayi makin efektif mencerna makanan.
• Terdapat enzim percerna karbohidrat, lemak dan protein di dalam ASI sehingga proses pencernaan zat gizi dalam makanan akan semakin efisien. 

6. Higienitas 
MPASI WHO sangat menekankan kebersihan. Pada masa-masa ini bayi sangat rentan terkena diare sehingga Bunda harus memastikan kebersihan makanan, air, alat makan, proses memasak dan tangan (pemberi makan maupun bayi). Cuci tangan Bunda dan bayi dengan air serta sabun saat mau memasak, mau makan dan setelah dari toilet (sabun biasa, tidak perlu sabun antibakteri). Disarankan menggunakan peralatan makan yang mudah dibersihkan seperti cangkir, mangkok dan sendok, bukan botol-sendok, dot atau pipet. Makanan bayi bisa disimpan di kulkas dalam rentang yang tidak terlalu lama (misal Bunda bekerja menyiapkan makanan untuk 1 hari, jangan 3 hari apalagi 1 minggu yah, dudududuu..).
Masak dengan benar hingga makanan matang. Bubur bayi yang tidak disimpan di kulkas sebaiknya segera digunakan dalam waktu 2 jam. Pastikan makanan mentah yang dimakan bayi bersih dan aman. Pisahkan makanan mentah dan matang. Jadi kalo dengan cara makan ala MPASI WHO ini cukup dengan makanan yang ada di meja makan keluarga. Ambil nasi dari nasi keluarga (kenapa memasak bubur dari nasi bukan beras? Supaya hanya dibutuhkan tambahan air sedikit agar tidak terlalu encer, juga biar cepet masaknya) lalu pisahkan sayur juga lauk yang belum dibumbui bumbu-bumbu tajam (misal merica atau cabe). Untuk menu sesuaikan saja dengan masakan yang Bunda masak dengan tekstur dan jumlah menyesuaikan tahap perkembangan anak.

Ayah Bunda Mencari Tempat Penitipan (daycare) dengan program full day?
Cuma Disini Tempatnya, KLIK

Popular Posts